Kudus, Liputan7.Net – Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar yang dinilai sukses, memantik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk ‘turun gunung’ mengeksplore lebih dalam potensi sekolah-sekolah tersebut.
Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Azis Purwanto mengatakan, kunjungannya di Kota Kretek bersama sejumlah awak media dalam rangkaian press tour, karena ingin menginformasikan kepada publik bahwa Sebagian besar sekolah di Kudus telah menerapkan Kurikulum Merdeka.
Perjalanan pihaknya ke Kudus, dari awal telah identifikasi terkait penerapan merdeka belajar, hari pertama kunjungan di PAUD-TK Masehi yang menurutnya patut menjadi rujukan,
“Kami melihat bagaimana kurikulum merdeka di tingkat PAUD TK Masehi itu dimplementasikan dilaksanakan dan tampaknya mereka patut untuk menjadi rujukan dengan praktik baiknya, dengan guru-guru yang masih muda, yang bisa menjadi penggerak sebagai pendidikan paling awal khususnya untuk menanamkan karakter untuk anak usia dini,” terangnya.
Disana, memiliki program cukup unik, mengangkat kearifan lokal, dan bisa diterapkan pada pembelajaran, yakni mulai dari membuat makanan yang didalamnya mengandung nilai-nilai karakter siswa
Lalu di SMP 5 Kudus juga menerapkan pembelajaran digital serta terdapat aplikasi pengaduan soal perundungan hingga inovasi lainnya,
“Pertama, ada cara sekolah menciptakan lingkungan yang aman, anti kekerasan dengan cara menampung aspirasi dari siswanya atau aduan dengan membuat platform aplikasi untuk ditiru oleh semua-sekolah lainnya, artinya siswa bisa menyampaikan laporan kalau melapor secara bertatap muka mungkin ada sungkan atau segan atau ada hambatan lain, tapi dengan melalui kelompok itu bisa coba lebih menyampaikan aspirasinya dengan tanpa tekanan,
Kemudian di SMP 5 juga kan saya melihat misalnya ketika orang tua mau mengambil raport kemudian hasil karya dari anak-anak itu dipajang, ditampilkan disitu ada buku yang diterbitkan, seperti antologi cerpen, puisi itu kan sangat baik dengan tujuan karyanya anak-anak itu bisa diapresiasi orang tuanya ketika mengambil rapot lewat bukti karya siswa yang bisa dilihat oleh orang tua,
Jadi tidak hanya hal akademis saja, tidak hanya melihat nilai akademisnya saja, tetapi karya nyatanya. Terlebih hal itu bisa memberikan hubungan baik antara sekolah dan orang tua,” bebernya.
Perjalanan dilanjutkan ke SMK Wisuda Karya, dimana pihaknya sangat terpukau dengan pembelajaran praktikum yang luar biasa, khususnya di Jurusan Nautika Kapal Niaga.
“Dengan keterlibatan dari industri, di situ yang kemudian bisa membuat SMK ini memiliki peralatan fasilitas yang standarnya sangat tinggi, kalau bergantung kepada beberapa pihak saja, seperti pemerintah atau Yayasan, mungkin tidak bisa mewujudkan sekolah seperti yang memiliki segudang fasilitas standar nasional,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMP 5 Kudus Abdul Rochim mengatakan, kedatang dari biro kehumasan Kemendikbudristek ini bisa memberikan informasi ke pusat, potret sekolah yang ada di Kudus juga tak kalah dengan yang ada di kota besar.
”Ya kami paparkan apa adanya program-program sekolah, mulai aplikasi pengaduan bullying, hingga ada terapi khusus bagi siswa yang dianggap ketinggalan dalam akademis,” paparnya.
“Ini sebagai langkah untuk mendeteksi anak, apakah termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) sehingga penanganan kami tepat, datangkan psikolog juga,” ungkapnya. (AS/YM)