Kudus, Liputan7.Net – Program kampus mengajar besutan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) memasuki Angkatan 7 pada tahun 2024.
Mereka para mahasiswa yang menjalankan program tersebut, melaksanakan selama 16 minggu atau 4 bulan dengan fokus meningkatkan literasi dan numerasi siswa di sekolah melalui rancangan aksi kolaborasi atau program kerja yang telah dijalankan di sekolah.
Demikian dikatakan Nanda Aji Setyaputri perwakilan Mahasiswa dari kampus mengajar asal Universitas Negeri Semarang didampingi 4 teman lainnya saat menjalani kampus mengajar di SD 3 Klaling Kecamatan Jekulo, Kudus.
“Kami satu kelompok ada lima, saya sendiri lalu ada Farhana Nur Azura, Erly Nurviyani, Asna Barikatul Mahya dan Devina Dwi Astuti dari Universitas Muria Kudus,” terangnya.
Sementara itu, Kepsek SD 3 Klaling, Dinna Amriyati, mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dalam hal ini Kemendikbud Ristek yang sudah menempatkan peserta program kampus mengajar di SD 3 Klaling Kudus.
‘’Kami bersyukur Kemendikbudristek sudah memberikan kepercayaan kepada SD 3 Klaling sebagai salah satu kegiatan program kampus mengajar tahun 2024, mereka ada yang datang dari kampus asal Semarang dan Kudus juga ada,’’ kata Dinna.
Dirinya menyebut jika program ini, bisa menjadi simbiosi mutualisme, yang artinya sama-sama saling diuntungkan, “Mahasiswa di kampus mengajar ini, programnya tersampaikan, SD kami juga diuntungkan karena menjadi objek pembelajaran penerapan beragam program kampus mengajar,” ujarnya.
Dirinya berharap, ke depannya, kampus mengajar ini bisa terus dilaksanakan karena begitu besar manfaatnya,
“Ini (kampus mengajar) program yang sangat bermanfaat, jadi saya berharapnya ya bisa dilanjutkan ke depannya,” harapnya.
Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Azis Purwanto mengatakan jika mahasiswa dalam kampus merdeka belajar diberi kemerdekaan untuk belajar di luar kampus, sekolah dalam program kampus mengajar itu juga menjadi ajang untuk mahasiswa belajar untuk merespon tantangan persoalan-persoalan masalah-masalah yang ada di lapangan,
“Siswa sekolah saat ini lahir di generasi digital, di mana tentu akan lebih paham digital teknologi, makanya kalau anak-anak kita biasanya enggak usah diajarin sudah Mahir menggunakan handphone, menggunakan peralatan TIK, dengan setiap hari menggunakan, mereka bisa menguasai alat itu dan tinggal diarahkan bagaimana memanfaatkannya untuk hal-hal yang positif,” terangnya. (AS/YM)